Laugh as much as you breathe and love as long as you live

Friday, September 23, 2011

Dream for Death

Seorang gadis berambut tanggung terduduk manis di sebuah bangku taman, wajahnya pucat pasi dengan senyum manis yg sedikit menghiasi wajahnya yang temaram. Wajahnya terlihat kaku dibanding dengan bunga-bunga yang bermekaran disekitarnya, sebuah biola tua berwarna coklat tergeletak di sampingnya. Diambilnya biola itu dan seketika alunan-alunan nada mulai terdengar ditelingaku, entah lagu apa yang dia mainkan. Rangkaian nada yang keluar saat dia menggesek biola itu terdengar begitu rapuh, perih dan menyayat hati. Udara yang lembab dan aroma harum bunga menambah suram suasana tempat itu.
***
kriiiing......kring....kriiiiiing.......
Dering jam alarm membangunkanku dari mimpi anehku itu, rasa sesak didada masih terasa karena lagu yang dimainkan gadis dalam mimpiku itu.
***
Hari ini terasa melelahkan, badan serasa jadi samsak tinju yang dihantam terus menerus oleh pelajaran-pelajaran di sekolah. Memang beginilah rasanya menjadi seorang pelajar apalagi waktu menjadi pelajar kelas tiga SMA.Tidak ada kata istirahat ataupun rehat sebentar, karena seperti kata orang kebanyakan ujian akhir itu adalah perang dan aku harus menang dalam peperangan itu. 
***
Jam sudah menunjukkan pukul empat sore, waktunya pulang untuk siswa kelas tiga, akupun berjalan lunglai melintasi gerbang sekolah yang kokoh seakan tidak perduli pada siswa siswa yang berlalu lalang melewatinya. 
Akupun terus berjalan menyisiri jalanan yang sedikit becek karena hujan semalam, seketika aku teringat mimpiku semalam. Mimpi yang cukup aneh menurutku dan apa maksud lagu yang menyayat hati itu. 
Tanpa kusadari pintu rumahku sudah mulai terlihat saat tiba-tiba terdengar suara jeritan seorang wanita yang keluar dari pintu rumahku. Aku seperti sudah mengenal suara itu, ya bagaimana aku tidak kenal suara cempreng yang sering memarahiku, itu suara ibuku. Entah apa yang terjadi, jeritan itu membuatku dadaku terasa sesak, terkejut, takut, penasaran apa yg mebuat ibuku sampai histeris seperti itu. Aku berhambur kedalam rumah yang seakan tak peduli apa yg diperbuat penghuninya. Aku semakin takut, air mataku mengalir sangat deras tak terbendung lagi saatku dengar suara sayup tangis dari ibuku. nafasku serasa terhenti saat kulewati pintu rumah. Terlihat seorang laki-laki paruh baya tergeletak dilantai. ya iyu ayahku, aku terdiamtak tau harus berbuat apa. aku terduduk sambil memeluk lututku yang terlipat, air mataku sudah membanjiti pipiku, dadaku serasa dihantam meteor. malaikat maut memang tak pernah memberi tahu kapan akan datang, dijemputnya Ayahku secepat itu. Hanya dengan mimpi aneh dia memberiku pesan dan sebelum aku sempat mengerti apa arti mimpi itu, apa lagu yang ada dalam mimpiku itu, dia sudah membawa pergi ayahku. Sekarang akupun tau kalau itu lagu kematian....

0 comments:

Post a Comment

Avatar The Last Airbender - Appa